This is how i am living

Friday, November 19, 2010

ISTRI SHALIHAH PENYEJUK HATI



Dengan wajah lesu dan tatapan penuh kekecewaan, seorang suami mengadukan permasalahan yang sedang dia hadapi bersama istrinya kepada salah seorang sahabatnya yang mengerti agama.
“Saya hampir tidak pernah menikmati kecantikan istri saya yang sebenarnya dia miliki, “kata si suami mengawali pengaduannya. Istrinya hanya mau berdandan bila akan ke pesta atau sekedar jalan-jalan. Tetapi si istri tidak punya kebiasaan seperti itu bila tidak keluar, bahkan dianggapnya lucu karena bukan pada tempatnya untuk berdandan di rumah. Begitulah kira-kira isi keluhan si suami. Sahabatnya menasehati. “Tunaikanlah hak istrimu yaitu didiklah ia dengan ajaran agama, agar mengetahui apa yang menjadi hak dan kewajibannya, bersabar dan banyaklah berdoa pada Allah. “Suami itu tersentak sadar bahwa meskipun perjalan rumah tangganya dengan sang istri telah membuahkan lima anak dia sama sekali belum menunaikan hak istri yang satu ini.

Istri Shalihah

Ingin selalu tampil cantik dihadapan lawan jenisnya sudah menjadi kesenangan tersendiri bagi umumnya wanita. Namun kenyataan yang ada sekarang sering istri berpikir terbalik. Didalam rumah dan dihadapan suaminya, istri merasa tidak begitu perlu untuk tampil dengan dandanan yang cantik dan memikat. Namun jika keluar rumah segalanya dipakai; baju yang bagus, aksesoris indah, make-up yang mencolok dan parfum yang semerbak turut melengkapi agar dapat tampil wah.
Lalu bagaimana cara menyelamatkan keadaan yang terbalik ini?dengan penuh kemantapan dan tanpa ragu sedikitpun, jawabannya adalah kembali kepada ketentuan syari’ah islam dan tidak ada alternatif lain. Islam telah memberikan bimbingan, bagaimana menjadi istri yang shalihah, sebagaimana ciri-cirinya telah disebutkan dalam hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wasallam. Bahwa beliau bersabda:
“Apabila diperintah ia taat, apabila dipandang menyenangkan hati suaminya, dan apabila suaminya tidak ada dirumah, ia menjaga diri dan harta suaminya.” (HR.Ahmad dan An-Nasa’i, di Hasan-kan oleh Albani dalam Irwa’ no.1786)
Kalau kita lihat tuntunan islam diatas, ternyata bukanlah suatu yang sulit untuk dilaksanakan. Siapa pun bisa melakukannya. Disamping itu istri yang mempunyai tiga ciri diatas memiliki kedudukan yang tinggi dihadapan Allah, dan diibaratkan sebagai perhiasan dunia yang terbaik; sebagaimana yang dinyatakan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wasallam:
“Dunia adalah perhiasan (kesenangan) dan sebaik-baik perhiasan (kesenangan) dunia adalah wanita (istri) shalihah.” (HR.Muslim dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash)

Diniatkan untuk Ibadah
Seorang istri yang baik akan berusaha untuk melaksanakan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Walaupun terkadang timbul perasaan malas atau berat untuk melaksanakan sesuatu yang menjadi kewajibannya, tetapi hendaknya diingat bahwa keridhaan suami lebih diutamakan diatas perasaannya. Lihatlah apa yang dikatakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wasallam ketika Aisyah Radhiyallahu ‘anha bertanya:
“Siapa diantara manusia yang paling besar haknya atas (seorang) istri?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wasallam menjawab, “Suaminya.. “ (HR. Hakim dan Al-Bazzar)
Dengan taat kepada suami dan tentunya dengan menjalankan kewajiban agama lainnya, dapat mengantarkan istri kepada surga-Nya. Dalam hal ini Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wasallam telah bersabda sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dan di shahihkan oleh Al-Albani:
“Bila seorang wanita telah mengerjakan shalat lima waktu dan berpuasa pada bulan Ramadhan dan memelihara kemaluannya serta taat kepada suaminya, maka kelak dikatakan kepadanya: “masuklah dari pintu surga mana saja yang engkau inginkan.”
Kemudian hendaklah istri mengingat akan besarnya hak suami atas dirinya, sampai-sampai seandainya dibolehkan sujud kepada selain Allah maka istri diperintahkan untuk sujud kepada suaminya. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wasallam:
“Andaikan saja dibolehkan seseorang bersujud kepada orang lain, niscaya aku perintahkan istri untuk sujud kepada suaminya.” (HR. Tirmidzi: Hasan Shahih)
Terlalu banyak peluang bagi seorang istri untuk beribadah kepada Allah dalam rumah tangganya dan terlalu mudah dalam memperoleh pahala dalam kehidupan suami istri. Namun sebaliknya terlalu mudah pula seorang istri terjerumus kepada dosa besar kalau melanggar ketentuan yang telah Allah gariskan. Yang perlu diingat oleh istri ialah agar berupaya mengikhlaskan niat hanya untuk Allah dalam melaksanakan kewajibannya sepanjang waktu.

Menyenangkan Hati Suami
Apabila diperintah oleh suaminya, istri diwajibkan untuk mentaati. Dan apabila suaminya tidak ada dirumah, istri harus pandai menjaga dirinya dan kehormatannya serta menjaga amanah harta suaminya. Istri yang demikian ini akan dijaga oleh Allah sebagaimana Firman-Nya:
“ ..maka wanita yang shalihah ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena itu Allah telah memelihara (mereka).” (An-Nisa’: 34)
Adapun kriteria pertama dan ciri-ciri shalihah; Imam As-Sindi mengatakan dalam bukunya Khasyiah Sunan Nasai juz 6 hal 377: “Menyenangkan bila dipandang itu artinya indahnya penampilan secara dzahir serta akhlaq yang mulia. Juga terus menerus menyibukkan diri dalam taat dan bertaqwa kepada Allah.”
Banyak hal yang dapat menyenangkan hati suami, diantaranya: penampilan diri agar enak dipandang, dan berbicara dengan menggunakan tutur yang menyenangkan serta dalam hal pengaturan rumah mampu menciptakan suasana bersih dan nyaman.

a. Penampilan Diri
Umumnya suami lebih sering keluar rumah untuk menunaikan tugasnya apakah itu bekerja mencari nafkah ataukah berdakwah, sementara kita tahu keadaan di luar, sangat mudah sekali pandangan mata menjumpai wanita yang berpakaian minim dan menyebarkan aroma wewangian. Sekalipun seorang istri percaya suaminya akan berusaha memalingkan wajah dan menundukkan pandangannya karena takut dosa, namun laki-laki yang normal mungkin dapat tergoda melihat aurat yang haram tersebut. Diakui atau tidak, hal ini sangat mungkin terjadi.
Bagaimana seandainya istri merasa tidak perlu untuk tampil cantik dihadapan suami dengan alasan tidak adanya waktu karena telah tersibukkan dengan anak dan urusan rumah, apalagi bila tidak ada pembantu. Sehingga dengan penampilan seenaknya dan terkadang (maaf) menyebarkan aroma yang kurang sedap ketika menyambut suaminya yang baru datang dari luar.
Berpakaian model apapun yang diingini dan disenangi suami dibolehkan dalam syariat islam dan tidak ada batasan aurat antara istri dan suaminya. Dandanan yang memikat dan aroma parfum yang harum akan menjaga dan memagari suami dari maksiat. Mata suami akan tertutup dari melihat pemandangan haram di luar rumah bila mata itu dipuaskan oleh istrinya dalam rumah. Jika istri tidak dapat memuaskan atau menyenangkan suami sehingga suaminya sampai jatuh dalam kemaksiatan (tertarik melihat pemandangan haram di luar rumah) maka berarti si istri turut berperan membantu suaminya bermaksiat kepada Allah.

b. Berbicara yang Enak
Pada saat suami istri duduk-duduk sambil berbincang tentang barbagai hal, hendaknya istri memlilih ucapan yang baik dengan tutur kata yang indah dan lembut serta sedapat mungkin menghindari pembicaraan yang tidak disukai oleh suami. Demikian pula ketika suami berbicara istri sebaiknya mendengarkan dengan penuh perhatian dan tidak memotong pembicaraan suami.

c. Pengaturan Rumah
Penting juga diperhatikan penataan rumah yang baik, bersih dari najis dan terhindar dari aroma yang kurang sedap. Walhasil, ciptakan suasana rumah yang menjadikan suami betah berada di dalamnya. Untuk membuat penampilan lebih menarik tidak harus dengan wajah yang cantik, demikian juga untuk membuat rumah bersih dan rapih tidak harus dengan harga yang mahal. Insya Allah semuanya bisa dilaksanakan dengan mudah selama ada keinginan dan diniatkan ikhlas untuk mencari ridha Allah. Bukankah segala sesuatu yang baik itu akan bernilai ibadah bila diniatkan hanya untuk Allah?
Disalin dari: http://alghuroba.org/istri2.php

Tuesday, October 19, 2010

MENUJU RUMAH TANGGA SAKINAH, MAWADDAH WA RAHMAH


 “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (QS. Ar-Ruum [30]: 21)

Rumah tangga sakinah, mawaddah wa rahmah adalah dambaan setiap pasangan. Namun, yang menjadi pertanyaan bagi kebanyakan pasangan pula adalah: bagaimana menggapai rumah tangga sakinah, mawaddah wa rahmah?!
Pada malam pernikahan putrinya, Umamah binti Harits yang dikenal dengan Ummu Iyas binti Auf, seorang wanita pemuka Arab, menyampaikan pesan yang sangat indah kepada putrinya.
Umamah berkata, “Putriku, sekarang engkau akan meninggalkan suasana dimana engkau dilahirkan, meninggalkan kehidupan dimana engkau dibesarkan. Sekiranya ada wanita yang tidak butuh suami karena merasa cukup dengan kedua orang tuanya, atau kedua orang tuanya membutuhkannya, engkaulah wanita yang paling tidak membutuhkan suami. Tetapi, wanita diciptakan untuk laki-laki dan laki-laki diciptakan untuk wanita. Karena itu, aku wasiatkan kepadamu sepuluh hal:

• Pertama dan Kedua: patuhilah suamimu dengan penuh keridhaan; dengar dan taatilah ia dengan baik.
• Ketiga dan keempat: perhatikanlah pandangan dan penciumannya; jangan sampai pandangannya melihat sesuatu yang buruk padamu, dan jangan sampai ia mencium darimu selain bau harum.
• Kelima dan keenam : perhatikanlah waktu tidur dan makannya, karena lapar yang sangat dan kurang tidur dapat membuatnya terbakar amarah.
• Ketujuh dan kedelapan: jagalah hartanya dan peliharalah keluarganya. Menjaga harta dengan baik adalah dengan membuat anggaran secara baik,  dan inti urusan keluarga adalah baik dalam mengatur.
• Kesembilan dan kesepuluh : Janganlah mendurhakai perintahnya dan jangan pula membuka rahasianya. Sebab,  jika engkau mendurhakai perintahnya, engkau akan melukai hatinya, dan jika engkau membuka rahasianya, engkau tidak akan merasa aman dari pengkhianatannya.
• Selanjutnya, perhatikan baik-baik, jangan sampai engkau menampakkan kegembiraan di hadapannya ketika ia sedang bersedih, dan jangan sampai menampakkan kesedihan ketika ia bergembira.”

Demikianlah wasiat Ummu Iyas, seorang ibu yang sangat menginginkan terciptanya sakinah, mawaddah wa rahmah dalam rumah tangga putrinya, guna menggapai kebahagiaan hakiki, dunia dan akhirat.
Ummu iyas tahu betul bahwa kebahagiaan pasangan suami istri hanya dapat terwujud jika ada kerjasama dan saling pengertian di antara keduanya. Kebahagiaan pasangan suami istri terletak pada bagaimana pasangan itu mengelola rumah tangganya dengan baik, saling menghormati, saling memuliakan, dan tidak saling menghinakan. 
Sekian, semoga Allah SWT mengaruniakan kepada kita semua keluarga yang selalu diliputi cinta dan kasih sayang. Amin…. (myshandy)

Sunday, July 4, 2010

Nesi and Fusi was born

Coming home from a small vacation, I found two guinea pig babys in the cages. Wow, Tesi has become a mother. I'm glad to see both guinea pig Babys. Agnes is also pleased to see them.We call them, Nesi and Fusi. Now Gatot and Tesi has a new family. Every day I give milk to the baby's. My activities began to increase.The next day we went to the doctor of animals. The Doctor say, everything was fine, the Babys are healthy, Gatot received an injection for skin diseases. Now gatot skin is getting better.

Tuesday, June 29, 2010

Saturday, June 26, 2010

B'Day party Of Angelika



Sunny Saturday ... what does not make happy unless hanging out with friends, joked and shared stories. To add a food menu, I cook a meatball soup that we eat late in the afternoon, because we were already full for the main food and cakes in the afternoon.

Wednesday, June 16, 2010

Wednesday, June 2, 2010

This is my way to be slim


I tried wearing my favorite jeans, which I bought several years ago. Hipster Jeans. No doubt many people know how that seemed to wear these pants. But after I wear I was very surprised, my waist looks like a tire that is used for swimming. This problem is, my belly fat. How can I get out of this big problem? Oh my God, help me ...
Since then I made a plan to shrink the fat around the waist and stomach. Running. I know, this is the only way to return to have a beautiful figure. Nothing else for me. I like to run. Running is a sport that does not cost much, other than fitting and comfortable shoes for running. The price is a bit expensive, but comfortable to wear. While the weather was not too bad, I think now's the time to start.
With a bit of feeling lazy, I took from the warehouse, running clothes, ipod, watches puls. Tools that I need to run still looks good. I mumbled:''I hope my intentions were achieved''.
There are several programs that help us to start this sport. Starting from how to set up food, how many calories we should consume. But I was never 100 per cent follow it, because basically I like to eat. I do not want to leave my eating habits, although I know, I eat without rules. Yes, without a rule, I never see when and how much I eat. If I'm hungry or just want to eat, I eat. That's me ..
And now there is no difference to me. I just need a little diligent and disciplined in the program to be slim.

My 1.st day of running:
As always before doing sports, I was warming up. In my mind there is only one, hopefully my heart can still take a compromise, because I stopped doing this sport almost two years. After warming up, my heart started pounding. What is this? Hmmm ... maybe this is just normal thing, shocked or anything. I tried to run slowly. I enjoy the morning air, i heard a song that makes my mind free, free from any kind including stress. My heart began to protest .. stooop! Hah hah hah .... I stop running and take a quick breath. My head is like going broke. oh Lord, how is this? I can not give up. This is just the first day. I know, something that begins with the determination and perseverance will bring results. It is a temptation. This is laziness. 5 minutes I ran, it felt like running over an hour. Recently I realized how stupid I am, easily toyed with my heart. Finally I started walking, a little faster and faster. My heart began to say agree with my actions. I smile and laugh at myself. Birds come laugh at me too ...

Day two, third and following days:
Running makes my body fresh and fit. Only one that made me wonder, my stomach is still fat. I know, I used to do gymnastics to create a flat stomach. Flat as a board ... hahhahahaa ... And this time I had to do the same thing, it's a bit heavy but the results are very satisfactory. Sometimes I use a special ball that is used for gymnastics. It's easy to play. You can do it while lying down and lifting the ball with the help of your legs. Swing the ball up and down. Do this several times, you will see a miracle in your belly, that is a flat stomach, flat as a board ... lol
Believe me, I never avoid dinner. You also can eat anything and whatever you want, but run and exercise should always be in terms calendar every day, every time. That should be .....

Thursday, May 27, 2010

My life as a nurse.

Alarm clock rings, the clock showed 5:15 o'clock in the morning. I opened my eyes and stared into the window. Huh .... how many hours I sleep? I'm still sleepy and tired. But I must get ready to leave for work.
I never imagined, I found I could get up early. This I've been doing for three years. My daughter and my husband was still sleeping soundly. I envied them. Especially my husband. He began work at 3 pm, so he can sleep longer than me. But these are the days that I start with the optimistic, do not ever feel lazy or reluctant to get up early, because I knew, it would hamper my career. If I'm late coming to the house of my first patient, surely I'm late coming to the next patient. Fortunately until now this has not happened ...''often''
I rarely have breakfast before leaving for work. I know it's not a good habit. I only brought one apple, or sometimes one slice of bread spread with butter to eat in the car during driving. My job makes me do things that are forbidden to be done during driving, such as receiving a call or calling, writing sms, eating, sometimes all I do at the same time. Can you imagine? But I'm not proud of this. This is foolishness. Luckily I was not asleep while driving ... hehehehehe. What should I do? Those are the demands of work, although I know and realize, my job does not sue me for doing those things. It's just me ... and I know most of my colleagues do the same.
Back to my job. Every day is a big demand for me in my duty to help my patients. I never felt disgust towards them. Many people say that this work is a disgusting job, in the sense of disgust because the sight of blood or other impurities. That is true. Without intention and social life, we may not be able to do this work. We must be strong to face many problems in handling patients with the disease, faces strong vices that sometimes disrupt the continuity of this work. Because humans do not have the same characters, they have the patience, there is an arrogant, there are surrendered because of illness and many other characters.
We also must be patient with them, can cope with stress, can activate the passive, and so forth ..be continued.......

Wednesday, May 26, 2010

It's my live

When I was young, I insist on leaving the city of Malang. I did not even think about landing in this country and settled here. Austria ...
16 years have passed, but I'm still here. I do not know how long I'll stay here even though I have an Austrian citizenship. All I know, my life is happy, has a daughter and a good husband and have a comfortable place to live. We agreed to return to Indonesia when we retire. We plan to come to Indonesia if the winter in Austria, and returned to Austria again when summer comes. That is our plan. We can only be tried and prayed ... and God disposes. My husband is 9 years younger than me. But we never questioned about our age difference. We feel like the young couple. When my daughter was in her grandmother's house, we go to dinner or go to play Billard. We loved this game. My husband taught me to play Billard for two years. Even so I could still undefeated by my husband, and sometimes it makes me more enthusiastic to mastering this game. Billard had become my world, I love this game. Someday I want to take the championship. But I'm still not sure whether I can beat the other players? My husband often advised me to try. Because if not, I can never experience it. I recommended to use the opportunity.This is part of the activities that I like besides cooking and gardening. I also liked my books, I love to read.
I'm sure, a harmonious relationship should be balanced with the preferred hobby together. We liked the activities we do together, whether it's shopping, recreation with family, or choose wall paint color. People used to say that we are not a matching pair. How can they say that if they did not suffer alone? What lies behind those words. Until now we do not care, we regard as the stone tries to block the way we live. But we still love them as they are. We follow the teachings of our religion, which teaches us to care your neighbor as you love yourself.
What exactly are we looking for in this short life? Love? Material? Health? Or worldly pleasures? How important is the science and the success of a person that sometimes become the criteria to be selected as a partner?

The answer is in our hands.

Monday, May 24, 2010

Apabila usia tak lagi memperdayakan kita

Ini adalah kisah dua orang ibu, katakanlah dua keluarga dimana saya datang setiap hari untuk merawat mereka. Ini adalah pekerjaan saya, dan saya tahu setiap hari selalu sama. Tapi ada hal yang untuk saya tidak selalu sama dan ini sangat menarik, yaitu Percakapan dengan mereka. Salah satu dari mereka, seorang ibu tua renta, berumur 85 tahun. Fisik dan mental masih bisa dibilang normal, tidak pikun, namun masih terlihat kerentaan di raut wajahnya. Dia mempunya seorang anak perempuan yang sudah lama meninggalkan dia, karena hidup bersama suaminya. Kehidupan seorang ibu ini menurut ceritanya adalah kehidupan yang membosankan. Setiap hari bangun pagi, disambut dengan seorang perawat yang datang untuk menyiapakan sarapan paginya, mengurusi kebutuhan hidupnya, dan membantunya untuk membersihkan badannya. Dia selalu berkata: ''kehidupan saya teralu monoton, anak saya sudah melupakan saya, dan saya hidup sendiri, sebatang kara. Uang yang datang setiap bulan tidak bisa saya nikmati, karena kondisi saya yang sudah tidak mampu lagi untuk membawa saya untuk menikmatinya. Saya menyesal, kenapa dulu sewaktu saya masih muda, laki-laki saya anggap tidak penting dalam hidup saya''. Hmmm, saya tercengang, berpura-pura tidak mengerti apa maksud dibalik penyesalan itu. Saya sering mengalihkan pembicaraan apabila dia mulai menceritakan kehidupannya yang menyedihkan itu. Saya berusaha agar dia bisa tersenyum dan tertawa. Tapi saya mulai yakin, dia membutuhkan seseorang untuk bercerita, mencurahkan keluh kesahnya, berbagi cerita tentang hidupnya. Saya senang, dan saya selalu siap menjadi pendengar yang baik. Saya menyukai semua pasien-pasien saya, tak perduli bagaimana kondisi fisik dan mentalnya. Dan ibu ini adalah salah satu pasien yang sering dan hampir setiap saya dinas dia selalu ada di Pasien List saya.
Kembali pada kisah tentang penyesalannya, dia mulai menceritakan mengapa dia merana hidup sendiri. Sewaktu dia masih muda, dia adalah wanita cantik tak kurang satu apapun dalam hidupnya. Diantara teman-temannya waktu itu, dia bisa dibilang wanita yang suka pilih-pilih dalam mencari pasangan hidup. Maka dari itu siapa yang mencoba ingin mendekatinya tak pernah awet menjalin hubungan cinta dengannya. Apakah yang salah? Terlalu pilih-pilih, itulah pengakuan darinya. Laki-laki yang datang dan pergi hanya melihat bahwa dia cantik, namun setelah mereka tahu siapa dia dan apa yang dia cari dari seorang laki-laki membuat mereka takut dan menghilang begitu saja. Kadang-kadang mereka pergi tanpa pesan. Tapi baginya ini bukan hal yang menyedihkan, karena dia punya prinsip, pergi satu datang seribu. Dan prinsip ini tetap selalu dipegang olehnya, sampai dia berumur 50 Tahun. Dia memiliki seorang anak perempuan yang dia peroleh dari hubungan pertamanya dengan seorang laki-laki semasa dia masih di SMA. Bapak dari anak kandungnya pergi meninggalkan dia dengan perempuan lain, dan mulailah dia membangun kehidupanya bersama anaknya. Dan kini anaknya sudah menikah dan mempunyai keluarga sendiri, melupakan ibunya, dan terbenam dengan pekerjaannya.
Dengan usianya yang 50 Tahun, dia merasa dirinya sudah tua. Hidupnya sudah mulai tak menentu. Kecantikannya lambat laun mulai berkurang. Mulailah dia mencari pasangan hidup, dari waktu ke waktu. Masih saja prinsip yang dulu belum juga hilang, masih tetap dia bersikeras mencari yang terbaik. Yang terbaik, dan yang lebih baik lagi. Dia mulai berfikir, ada apa dengan dirinya, mengapa laki-laki tidak mau menjalin hubungan yang serius dengannya? Pertanyaan itu terus mengiringi langkah hidupnya, sampai usianya menginjak 60 tahun. Dia sudah mulai sakit-sakitan. Dia sudah lelah, hidunya membosankan. Akhirnya dia mengambil suatu keputusan untuk tidak mencari lagi. Dia pasrahkan pada Tuhan, apa yang Dia berikan padanya dia akan terima, itu janjinya.
Hari berganti hari, dengan umurnya yang semakin menua, datanglah seorang laki-laki ingin menyuntingnya. Laki-laki yang baik yang selalu setia mendampinginya kapanpun dan dimanapun dia berada. Hari-harinya terasa indah bersama laki-laki itu. Dia merasa penyakitnya semakin parah, Laki-laki itu masih dengan sabarnya membina rumah tangga yang harmonis dengannya, merawatnya dikala dia sakit dan memanjakannya setiap hari. Namun Egonya takmembiarkan semua berlangsung lama. Ketidakpuasan masih merongrong hatinya. Sampai akhirnya dia memutuskan untuk hidup sendiri, karena dia merasa ada yang kurang dari laki-laki itu. Yaitu Materi! Oh my God...benarkah apa yang dikatakannya? Ya benar, dia masih membutuhkan laki-laki yang ber-uang, yang mau memberikan segalanya untuk dia. Dia menginginkan laki-laki yang bisa membuat semuanya mudah. Dan itu tidak ada dikriteria laki-laki itu. Pada saat itulah, pertengkaran mulai ada, sampai akhirnya mereka memutuskan untuk berpisah. Laki-laki itu pergi tanpa membawa apapun yang ada dirumah perempuan itu. Kini dia sendiri, menjalani hidupnya seperti kemauannya. Hidup tanpa laki-laki. Semua berlangsung cukup lama. Usianya telah menginjak 70 tahun dan dia tetap sendiri, tiada pendamping. Anaknyapun kadang-kadang saja datang hanya untuk mengantar makanan atau belanjaan lalu pergi lagi. Dia mulai sakit dan tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Hari-harinya dilalui dengan duduk didepan TV dan membaca surat kabar. Setiap kali datang mobil Ambulan menjemputnya untuk pergi ke Rumah Sakit apabila penyakitnya kambuh. Setiap pagi hari datang seorang perawat menyiapkan makan pagi dan menyediakan obatnya. Begitulah seterusnya kehidupan yang dilaluinya. Sampai saat inipun, dia masih juga sendiri. Apa yang bisa dilakukan dengan usia yang sudah 85 tahun?
Saya mengambil banyak hikmah dalam setiap percakapan kami setiap pagi. Saya berpikir, memang benar, apa sebenarnya yang kita cari dalam hidup ini. Kesenangan dan duniawi bukanlah ukuran untuk kebahagiaan hidup. Mungkin kita akan merasakan sendiri apabila kita sudah berusia renta. Banyak sekali pasien saya, yang sudah tua dan hidup sendiri, jangankan jalan-jalan, untuk mengganti popoknya saja harus menunggu petugas Home Care yang datang. Astaga...mudah-mudahan kita tidak termasuk manusia yang merugi, karena penyesalan yang selalu diutarakan itu tidak ada gunanya lagi. Dia hanya seorang yang hanya bisa memberikan petuah, jangan sampai nasib saya seperti dia. Tapi saya sangat menyayangi pasien saya seperti yang sudah saya ungkapkan diatas. Saya adalah pengganti anaknya, walau hanya sebagai pendengar setia, pengganti anaknya yang sudah jarang menemuinya. Saya ikut merasakan dan kadang-kadang membayangkan, beginikah masa tua tanpa seorang partner? Bisakah ini dikatakan suatu dampak suatu kepribadian yang tidak pernah merasa puas dengan apa yang ada? Dia selalu berpesan kepada saya. Dalam pesannya dia selalu berkata ''Cintailah dan terimalah kekurangan suamimu seumur hidupmu, niscaya kamu tidak akan pernah merasa sendiri dan sepi dimasa nanti''. Hmmmm....saya merasa terharu. Saya menganggap dia seperti ibu saya sendiri, karena diapun seorang ibu, dan tiada salahnya menyayangi seseorang seperti dia, walaupun dia bukan ibu saya. Karena pada dasarnya, sayapun tidak mempunyai orang tua lagi.

Kisah ibu yang kedua. Pasien saya yang sudah berumur 87 tahun, tinggal dengan suaminya yang usianya 7 tahun lebih muda darinya. Mereka telah menikah selama 60 tahun, dan mempunya 6 anak. Mereka semua sudah dewasa dan mempunyai keluarga sendiri-sendiri. Ibu ini, selama hidupnya menurut ceritanya sangat mencintai suaminya sejak mulai pertama mereka bersama, begitupun suaminya terhadap dia. Semasa muda mereka selalu bersama dalam melakukan hal apapun, entah itu pergi berlibur, makan, belanja dsb. Kebersamaan bagi mereka sangat penting dalam suatu perhubungan. Sang istri tidak pernah menyesali ataupun berkeluh kesah tentang kondisi keuangan mereka yang waktu itu bisa dibilang pas-pasan. Sang suami bekerja, dan sang istri mengurus keluarga.
Saat ini, si Ibu ini sudah sangat tua sekali, sakit-sakitan, dia didampingi suaminya setiap hari, setiap waktu. Mereka masih melakukan apapun bersama, entah itu memasak, membuat kue, belanja atau menghadiri undangan-undangan walaupun Ibu ini kondisinya secara badaniah sangat lemah. Suaminya mendorong kursi rodanya dan mengantar kemana saja yang dia inginkan. Karena tanpa kursi roda sangat mustahil untuk membawanya kemana-mana.
Pasien saya, yaitu si Ibu ini sering bercerita kepada saya, bahwa tidak ada suami yang patut dibanggakan seperti suaminya. Dia merasa sangat beruntung mendapatkan suami yang baik hati, menjaga dia dalam susah dan senang, dalam keadaan sakit dan sehat, suaminya selalu ada dimana dia ada. Sampai saat inipun suaminya rela bangun jam 2 malam demi untuk mengantarkan istrinya pergi ke toilet. Dan itu dilakukan atas dasar cinta dan saling membutuhkan kata mereka. Saya salut, bagaimana bisa hidup berumah tangga selama 60 tahun?
Apabila saya menjumpai datang ke rumah mereka, banyak hal yang saya pelajari dari mereka, tentang hidup, tentang hakikat membangun rumah tangga yang harmonis, bagaimana mencintai kekurangan pasangan dan lain sebagainya.
Saya membandingkan dengan kisah yang pertama, bahwasanya rasa ''Nerimo'' dan rasa mencintai dan memahami kekurangan masing-masing dan tak terhindar dari kesetiaan satu sama lain adalah kunci keberhasilan suatu mahligai rumah tangga yang hakiki. Kita akan merasakannya apabila kita tua nanti. Kita akan membutuhkan orang yang dekat dengan kita dimasa nanti. Siapa lagi kalau bukan suami atau istri kita. Anak-anak tidak bisa menjamin bisa memberikan apa yang kita butuhkan, karena mereka mempunyai tanggung jawab sendiri-sendiri. Dan ini memang sangat saya yakini. Kehidupan ini memang kadang berawal dengan kepahitan, ini untuk menguji sejauh mana kita bertahan untuk menuju keberhasilan. Namun kadang-kadang ada manusia yang tak mau memikirkan hal-hal yang akan terjadi nanti. Coba saja untuk membayangkan contoh yang satu ini: Apabila tiba-tiba terjadi kecelakaan pada diri kita, dan kemudian kita menjadi cacat dan tidak lagi berguna untuk meneruskan hidup seperti yang kita impikan, siapakah yang rela merawat dan menemani kita? Saya yakin pastilah pasangan kita. Seperti pasien saya ini, dia merasa bahagia walaupun kondisi badannya tidak lagi seperti dulu. Dia bahagia karena suaminya sangat mencintainya, bukan hanya mencintai kelebihan istrinya semasa dia muda dulu, akan tetapi juga mencintai kekurangan yang sekarang ada padanya. Yah...kadang-kadang kita perlu belajar dari orang yang lebih tua dari kita, yang sudah mengalami kehidupan lebih lama dari kita, karena seperti pepatah yang mengatakan, bahwa pengalaman adalah guru yang paling baik dan bijaksana...

Saturday, May 22, 2010

Kegagalan adalah sukses yang tertunda



Teringat semasa saya masih muda, dimana Ibunda menjalankan bisnisnya sebagai penerima Catering, dan menjual berbagai jenis kue basah maupun kering. Sore ini saya berkeiginginan membuat kue basah, namanya kue Mendut. Saya ingat dulu adalah tugas saya dirumah, sepulang dari kursus, tepatnya malam hari, kue Mendut harus sudah dibungkus, dan esoknya tinggal di kukus. Yah...kalau nggak salah waktu itu banyak sekali pekerjaan yang menunggu sebelum saya berangkat tidur. Nah, sore tadi saya membuat mendut, dengan mengira ngira bagaimana resep ibunda dulu. Daun pisang ada, bahan ada, akhirnya jadilah kue Mendut. Belum juga rasa bangga akan kue yang hampir selesai itu, ternyata santan yang ada didalam bungkusan pisang keluar dan masuk kedalam air kukusan. Yaaaah...payah deh, saya pikir mungkin karena saya mengukusnya terlalu lama dan terlalu panas, dan sialnya lagi, saya tinggal nonton TV. Saya perkiraakan kue matang dalam jangka waktu 25 menit, ternyata terlalu lama. Ya mau diapain lagi, rasa sih tetep enak, tapi mata yang melihat tidak puas. Itu menurut saya, tapi suami saya bilang, kenapa tadi nggak bikin kue putri mandi aja? Kan simple dan nggak pake daun pisang. Hmm..kalo dipikir-pikir bener juga. Cuma untuk saya kesannya nggak kreatif banget gitu lho. Akhirnya, saya buka bungkusan mendut satu persatu dan saya isi santan lagi kedalamnya, pesoalan selesai.

Friday, May 21, 2010

Akad Nikah



Pada bulan Desember 2009 kami mengakhiri masa lajang kami dengan memutuskan untuk hidup bersama. Akad Nikah telah menjadi saat yang penuh kenangan, dan kami melangsiúngkan acara ini di Masjid Vienna. Kelangsungan Akad Nikah kami sangat khidmah. Walaupun tidak satupun saudara yang bisa menghadiri pada saat itu, namun kami tetap merasa bahagia. Mereka hanya bisa mengirimkan doa restu.
Pada pesta Open House dirumah kami, saya menyadiakan Nasi Tumpeng. Pertama kali dalam hidup saya membuat Tumpeng dan ini berhasil. Tamu-tamupun sangat memuji kecantikan Tumpeng yang saya dekorasi. Dan sayapun sangat bangga akan kreasi yang telah saya persembahkan untuk merayakan pernikahan kami.

Monday, May 17, 2010

Khasiat Bubur Ayam


Satu minggu hanya berbaring di tempat tidur karena terserang penyakit Amandel, Bubur Ayam adalah salah satu menu yang sangat menolong dalam mengkonsumsi makanan, dikala merasakan pedih yang teramat sangat sewaktu menelan makanan. Bubur yang satu ini disamping mudah sekali dibuat, ia juga sangat nikmat. Saya pikir, kenapa susah-susah merintih karena tidak bisa menelan makanan, kalaupun Bubur Ayam pun bisa dimakan dan sangat bagus untuk membantu penyembuhan dikala tenggorokan sakit. Tapi inilah salah satu resep yang saya suka, dan keluargapun menyukainya.
Bubur Ayam bukan hanya sekedar bubur, akan te tapi kuahnya mengandung protein tinggi, karena sari Protein yang dikandung sangat bagus untuk membantu penyembuhan Influensa atau penyakit lainnya. Daging Ayam adalah salah satu daging yang sangat bermutu tinggi dibanding daging yang lain. Penelitian telah membuktikan bahwa Kuah yang terbuat dari sari daging Ayam bisa menurunkan panas dikala kita sakit. Coba saja buktikan. Resep ini selalu saya gunakan tiap kali anak saya sakit apabila suhu badannya tinggi.

Sunday, May 9, 2010

Mother's Day





I heard footsteps heading toward me, I'm sure it was my daughter's footsteps because it sounds funny and suggestive moves carefully so I did not wake up. Slowly she opened the blanket and whispered:''Mami, your breakfast is ready''. Slowly I open my eyes and smiled.Then she said:''Happy Mother's Day mom. I love you so much''. Then she gave me a kiss. Yup, that's a part of the happiness with my familyMy husband stood behind her and then gave me a kiss and hug tenderly. Apparently they have cooperated in making a surprise for me. Although actually, they often make breakfast together at the weekend. But this time was special. Because in addition to breakfast, I received a gift, a card with a poem written by my daughter. She said, before we start the breakfast, she wanted to read her poetry. I of course said yes. After she read it, I immediately hugged her and praised her for a beautifull poem that she wrote.
That is, each year is always the same, beautiful and full of memories. I love surprises, especially if my daughter or my husband who made the surprise. Life is indeed full of surprises, and any surprises that happen in my life until now was always beautiful. I hope, always ...

Sunday, April 4, 2010

The true meaning of friends

I can not feel the beauty of life through the glitter of the world, or the beauty of night life. I could not feel the real beauty of life with through how many friends I have. I doubt someone or even some people who've told me, that real life is beautiful if we have a lot of friends. Hmmm .... my question now is, how kind of friend?
It is nice when we have lots of friends, while happy, why not?. But if in trouble or shortage, not all can really care. I speak from an experience, and I admit it. Especially when talking about the ugliness of a friend from another friend ... I think this is not what makes life beautiful. Is not that right? However not all like that, and unfortunately... many are like that.
Therefore, I want to make a conclusion, that in fact, a friend is someone who lives very close to us, this could be sisters, brothers, husbands, wives, children and even our mother or father. We do not have to have friends who are not blood relatives with our flesh. Because even our families can feel more sorrow or sadness we feel. They prefer to feel the sense of a nexus. They could consider us the enemy, like other people also assume we are the enemy. But the hostility in the family can still be united, without being harmed. Is not the function of a friend is the same with your family?
Now I realize, that in fact my best friend is my husband, my daughter, the patients who I visited every day. I could talk, complaining, feeling the excitement and even cried together. I feel real life. I found my friends. I can enjoy the glitter of the night with my husband, shopping with my daughter, joking with them, argue with them, occasionally I meet my old friends. I know how I divide my time with them, but most importantly, is the tranquility of my family. I've learned from someone who is kind, which until now has become a guideline in my life, that we should be able to distinguish which is more important for this life ... and I'm very grateful..

Saturday, March 13, 2010

Ulang tahun Suami sekaligus selamatan rumah baru kami





Pada acara Ulang Tahun suami, dan sekaligus merayakan pernikahan kami yang sederhana, saya membuat Nasi Tumpeng kreasi sendiri. Nggak saya sangka ternyata berhasil juga. Yach...apapun yang kita mau pasti ada jalan untuk membuatnya terwujud. Itulah prinsip yang selalu ada dalam hidup saya. Walaupun ini bukan hal yang sangat besar untuk bisa dibanggakan, namun ini adalah suatu kreasi yang tak semua orang bisa menciptakannya. Saya bangga atas diri saya sendiri. Hmmm....kadang-kadang saya berpikir, kenapa saya tidak hidup di negara sendiri, di Indonesia dimana bisnis dan usaha kuliner sangat mudah didirikan, asal ada modal...semua pasti bisa.
Alhamdulillah para tamu-tamu memuji keindahan Nasi Tumpeng saya. Bahkan fotonyapun sempat saya sharing ke Facebook. Ini adalah suatu pengalaman yang sangat berharga dihidup saya, dalam mengembangkan bakat masak-memasak membuat kepercayaan diri semakin bertambah. Itulah dunia saya, dunia yang dipenuhi dengan kecintaan dibidang kuliner, kecintaan memanjakan keluarga dengan hidangan-hidangan nikmat setiap hari. Saya sebagai wanita karier sekaligus ibu rumah tangga berusaha sebisa mungkin menciptakan keharmonisan dalam keluarga dengan memberikan apa yang terbaik bagi mereka, dan salah satunya adalah menciptakan hidangan yang bervariasi setiap hari, setiap saat.

Wednesday, March 3, 2010

Dear Daughter

Click to play this Smilebox photo album: Dear Daughter
Create your own photo album - Powered by Smilebox
Photo album personalized with Smilebox

Tuesday, March 2, 2010

Thursday, January 28, 2010

This is the reason why i've married him


Dear Bloggers,
Since I knew him, I feel my life is so precious. I'm not frightened by what is called reaching a bright future. I know and learned from him, the togetherness is the key to success. I knew him as a figure of the taciturn and tough, but wise, knowing the difference will be loved and to love. I've never loved anyone like I loved him. I know life is bitter sweet from him, I knew how it feels to be hurt, I knew how it feels to be lonely. I know from him that love is not just receiving but also giving, sharing, without taking into account each other. I knew him as a highly patient, jealous, but also quickly realized that sometimes unreasonable jealousy. For that I do not want to hurt him, because he does not deserve to be hurt. He understands what women need, not only material but also an innate need. That's why I married him. Living with him is a wonderful adventure, I know how to recognize this life with the look and feel. I never feel bored. I learned from him how to act as a mother and a friend of my daughter. I feel full of my life, no less anything ... Alhamdulillah ... I am always grateful with what exists. I love him, love my daughter, love my life, to love our love, and love what any of us ...