This is how i am living

Friday, July 22, 2011

HILANGKAN DENGKI SEPERTI MENGGOSOK DAKI


                                              





Assalamualaikumwrwb.
Pernah merasa sebal melihat kegembiraan orang lain? Pernah merasa gondok melihat keberuntungan yang orang lain dapat? Pernah merasa nggak suka melihat kebahagiaan rumah tangga orang lain? Haha, kasian deh Sob... karena itu tandanya kita sedang diselimuti daki, eit maksud saya daki hati alias dengki yang musti segera dibasmi!
 “Lulur” yang perlu kita pakai adalah ma'rifatullah alias mengenal AllahKalau di hati kita terbetik rasa dengki, bisa dipastikan kalau kita belum mengenal Allah. Bagaimana mungkin orang yang mengenal Allah merasa dengki terhadap kebahagiaan orang lain? Wong kalau dia mau sesuatu, tinggal memohon pada Allah saja kok. Buat apa merasa risih dengan rezekinya orang lain coba? Gak ada kerjaan banget kan!
 Daki hati yang bernama dengki ini sangat berbahaya buat yang memeliharanya Sob! Efek sampingnya buanyak banget Sob: Capek hati, makan ati, rezeki seret, makin keriput karena banyak cemberut, gagal termotivasi untuk memperbaiki diri.
 Udah deh, mending langsung digosok aja itu dengki! Daripada keburu mencukur kebaikan yang kita lakukan, sebagaimana sabda Rasulullah Saw.:
 Menjalar kepada kalian penyakit umat-umat (terdahulu): kedengkian dan kebencian. Itulah penyakit yang akan mencukur gundul. Aku tidak mengatakan bahwa penyakit itu mencukur rambut melainkan mencukur agama.” (H.R. At-Tirmidzi)
 Kalau kita sudah mengenal Allah, kita pasti menyadari bahwa Allah Maha Kuasa, Maha Berkehendak, segala sesuatu sudah sesuai takarannya, jadi bodoh banget kalau kita “protes” dengan cara mendengki orang lain. Sudahlah kita kesel, orang lain kesel, bahkan bisa jadi malaikat kesel sama kita, akhirnya Allah murka pada kita karena “sotoy” banget, sama aja kita nyari penyakit sendiri. Amit-amit kan?
 Gak ada untungnya dengki, so... yuk kita lenyapkan dengki di hati kita! Dunia ini diciptakan untuk kita pimpin, jangan sampai dunia yang memimpin hati kita!

Wassalam

Sunday, July 17, 2011

BALASLAH DENGAN YANG LEBIH BAIK



Siapa yang tidak marah jika dirinya dikatakan yang tidak-tidak. Tidak ada orang yang tidak kesal bila rahasia pribadinya diacak-acak orang. Dan tidak ada orang yang tahan bila dirinya dihina, direndahkan dan dijelek-jelekkan, apalagi di hadapan orang banyak. Dalam menapaki kehidupan ini tentunya hal semacam itu akan sering kita rasakan dan kita alami. Kedengkian dari orang-orang yang mendengki, kebencian dari orang-orang yang iri hati akan selalu muncul disetiap langkah kita menuju puncak keberhasilan. Sejarah para nabi telah membuktikan hal itu. Risalah dakwah yang mereka sampaikan tak pernah sepi dari caci maki dan olok-olokan kaumnya. Nabi Nuh AS dikatakan sebagai orang yang sesat karena membangun kapal diatas bukit. Nabi Ibrahim AS diancam akan dirajam oleh bapaknya sendiri dan dikatakan sebagai orang yang keluar dari agama nenek moyang. Nabi Hud AS dikatakan sebagai orang yang hilang akalnya dan seorang pendusta karena mengajak kaum Aad yang diberikan kekuatan fisik yang luar biasa kepada tauhid. Nabi Musa AS dikatakan sebagai anak yang tidak membalas budi oleh Fir’aun. Nabi Isa AS dikatakan sebagai anak haram. Bahkan nabi Muhammad SAW tak sedikit mendapatkan ancaman dan cacian dari paman-pamannya sendiri. Tidak ada yang membedakan antara kita dengan para nabi. Hanya wahyu sajalah yang membedakan antara kita dengan mereka, selebihnya mereka adalah manusia biasa, sama seperti kita. Hati mereka pun bisa terluka, mulutnya pun wajar mengeluh, mata mereka bahkan tak jarang basah karena sedih. Sangat manusiawi. Namun dengan iman yang tinggi mereka mampu melaluinya dengan baik. Bahkan dengan akhlaq yang mereka tampilkan tak jarang lawan berubah menjadi kawan. Kadangkala celaan terhadap diri kita bisa menjadi kekuatan yang membangun. Tergantung kita menyikapinya. Banyak orang yang bisa melihat kesalahan dirinya, menyadari setiap jengkal sisi jelek dalam jiwanya namun tak sedikit pula orang yang tidak mampu melihat kesalahan dan aib yang bercokol dalam dirinya sendiri. Seorang teman yang baik biasanya tidak tega menyebutkan aib temannya. Maka orang yang iri kepadanyalah yang pertama kali menunjukkan kesalahan dan aib dirinya. Lalu mengapa kita harus marah dan kesal terhadap ungkapan-ungkapan mereka. Jika yang mereka katakan benar terdapat dalam diri kita maka itu adalah nasehat bagi kita untuk memperbaiki diri. Pabila hal itu tidak benar dan mengada-ada maka cukuplah tuduhan itu menjadi penghapus dosa-dosa yang pernah kita lakukan. Jika seekor anjing menggonggongimu didepan pagar rumah, apakah kamu akan berhenti dan balas menggongginya? Jika seekor anjing menggigitmu, apakah kamu akan menggigitnya juga? Jawabannya tentu tidak. Jika anjing menggonggong tentu kita akan terus berjalan agar sang anjing diam dengan sendirinya. Dan jika anjing menggigit tentu kita tidak akan membalasnya dengan gigitan serupa. Karena jika kita menggigitnya berarti tidak ada lagi bedanya antara kita dengan anjing. Begitu juga halnya dengan orang yang mencaci kita. Tidak ada gunanya kita membalas cacian dengan cacian serupa atau membalas tuduhan dengan tuduhan yang mengada-ada. Karena ketika kita membalas satu kejelekan dengan kejelekan berarti kita telah membariskan diri kita sejajar dengan barisan mereka. Tidak ada lagi yang membedakan kita dengan mereka. Allah SWT berfirman yang artinya, “Maka maafkanlah mereka dengan cara yang baik.” (QS.Al Hijr:85). “Dan orang-orang yang menahan kemarahannya dan memaafkan kesalahan orang. Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS.Ali Imron:134). di dalam ayat ini Allah SWT mengajarkan kita untuk membalas kejahatan dengan kebaikan, memaafkan kesalahan walaupun sulit sekali untuk dilakukan. Karena kebaikan yang kita tampilkan adalah air yang mampu memadamkan api permusuhan. “ Dan tidaklah sama antara kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik. Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.” (QS.Fushilat:34-35). Wallahu a’lam bis sowaab.

By: Herman Moslem

Saturday, July 2, 2011

Can you live without Love?



Dear bloggers, If you feel that your life is empty because there is no companion, maybe this is a good time to start something new. Did you ever think that life is a friend of a friend who can accompany you during your life, whether in times of trouble or pleasure. And a spouse is someone who comes to you, offers a life together with you, take you into a new life, and you are not alone anymore. But is it possible it will continue to last long, without problems, without conflict? Most of a relationship there is always a problem of finance. Most demanding something from an escort us. Sometimes we equate love with money. Why should we? Frankly I have always denied such a thing, because why all must be measured in money? I hate someone who seeks companion to live only for money, and deliberately looking for a rich man then love him just because he's rich. Even if there is someone who has a life partner like that, maybe it was a pile of luck. , but if any element of deliberateness, that to me is not something normal. Then where is the location of real love. I also deny that people can live without love.  Nonsense! And if they can, it's only for a moment ...